Sang Pengagum Langit Sore



Deretan awan sore yang terlukis dengan indahnya di atas unlimited kanvas yang mulai terlihat menggelap karena sang pembawa sinar telah lelah, setelah melihat tingkah konyol nan aneh orang-orang abad ke-21 disepanjang hari senin ini. 


Hai kamu yang di sana, namaku Spizaetus Bartelsi panggil saja aku Iza, aku punya hobi memandangi indahnya langit sore yang dipenuhi dengan awan bak lukisan Willem de Kooning dengan bentuk-bentuk yang menakjubkan dengan warnanya yang indah seolah-olah mengajak untuk melupakan sejenak tugas sekolah yang makin lama mengikis waktu untuk menarik oksigen. Terkadang rasanya nggak rela kalo malem tiba, lagi-lagi aku harus nunggu 23 jam biar bisa lihat lagi. Yaa walau langit malam juga ngga kalah indah, tapi rasa-rasanya malam itu terlalu dingin untuk dinikmati.


Langit senja, megamu sungguh indah, sama seperti kamu, iya kamu yang selalu muncul dalam sela do’aku, selalu muncul di otakku ketika aku sedang kesepian, kamu yang selalu hadir ketika aku sedang menikmati indahnya langit sore. Kamu tau enggak? Diam-diam aku tu selalu merhatiin kamu, tapi ya apa daya aku yang hanya seekor burung yang walau selalu terbang di sekeliling langit sore, namun tidak akan pernah bisa menyentuh apalagi bercengkerama dengan sang langit sore.

Memang kenyataan ini menyedihkan, tapi aku seneng kok meski cuma jadi aksesoris tambahan dari keindahanmu. Aku janji, sayapku bakal terus melindungi kamu walau dari kejauhan. Cuma itu yang bisa aku lakuin buat kamu, karena aku hanyalah sang pengagum langit sore...
Previous
Next Post »
Thanks for your comment